Percobaan pewarnaan shibori merupakan teknik eksploratif dalam menciptakan motif kain unik melalui pelipatan, pengikatan, dan pencelupan warna. Dalam tiga percobaan berturut-turut, dilakukan uji coba menggunakan pewarna wantex dengan berbagai metode, mulai dari perendaman hingga pencelupan berulang, untuk melihat sejauh mana pola dan warna dapat bertahan serta berkembang. Adapun bahan dan alat yang digunakan dapat dibaca pada artikel Bahan dan alat pewarnaan shibori , yang menulis bahan untuk shibori. Hasilnya menunjukkan pola tekstur yang menarik meski intensitas warna masih perlu penyempurnaan.
Artikel ini membahas langkah kerja, hasil, dan evaluasi dari ketiga percobaan pewarnaan shibori tersebut secara lengkap dan informatif.
Percobaan Mengetahui Hasil Teknik Shibori
Langkah Percobaan Awal
Percobaan ini bertujuan untuk menguji teknik pewarnaan kain menggunakan metode celup dan lipatan akordion dengan bahan tambahan seperti deterjen, sitrun, garam, dan pewarna wantex. Proses dilakukan dalam dua tahap pewarnaan untuk menciptakan pola warna yang lebih variatif.
1. Persiapan Kain
Kain yang akan diwarnai berwarna dasar putih dari bahan katun lebar 1,2 meter direndam terlebih dahulu dalam campuran deterjen dan sitrun selama satu hari penuh. Langkah ini bertujuan untuk membersihkan kain dari zat-zat pengganggu serta membantu membuka pori-pori serat kain agar lebih mudah menyerap warna. Setelah perendaman, kain dikeringkan hingga benar-benar kering.
2. Pembentukan Pola Lipatan
![]() |
Teknik lipatan shibori |
Kain yang sudah kering kemudian dilipat dengan teknik akordion segi empat. Bentuk dan ukuran lipatan disesuaikan dengan pola yang diinginkan agar menghasilkan motif unik saat pewarnaan dilakukan.
3. Pewarnaan Pertama
Air sebanyak 300 cc dipanaskan di atas kompor hingga mendidih selama kurang lebih 15 menit. Setelah itu, ditambahkan 1 sendok teh garam untuk membantu mengikat warna pada serat kain. Selanjutnya dimasukkan pewarna wantex warna merah lombok. Kain yang telah dilipat kemudian dicelupkan sebagian (khususnya bagian pinggir) ke dalam larutan tersebut dan didiamkan selama 10 menit agar warna meresap. Setelah selesai, kain ditiriskan lalu dijemur selama 6 jam.
Hasil Pewarnaan Pertama:
Warna kain berubah menjadi merah muda dengan hasil pewarnaan yang cukup tipis dan tidak terlalu pekat.
4. Pewarnaan Kedua
![]() |
Teknik pencelupan shibori |
Proses pewarnaan diulang dengan langkah yang sama seperti sebelumnya. Kali ini digunakan pewarna wantex warna ungu. Bagian kain yang belum terkena warna sebelumnya dicelupkan ke dalam larutan wantex ungu dan didiamkan selama 10 menit, kemudian dijemur kembali selama beberapa jam.
Hasil Pewarnaan Kedua:
Warna kain berubah menjadi merah muda dengan tambahan tekstur warna ungu yang juga tipis, membentuk pola lembut di atasnya.
Kesimpulan awal
![]() |
Hasil dari percobaan pewarnaan kain ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan mampu menghasilkan kombinasi warna merah muda dan ungu dengan pola unik dari teknik lipatan akordion. Namun, tingkat penyerapan warna pada kain tergolong rendah sehingga hasil akhir terlihat pucat dan kurang pekat. Oleh karena itu, percobaan ini dikategorikan belum berhasil secara maksimal.
Faktor yang diduga mempengaruhi kegagalan adalah:
- Konsentrasi pewarna yang kurang tinggi.
- Lama perendaman dalam larutan pewarna yang mungkin belum cukup untuk menghasilkan warna tajam.
- Jenis kain yang digunakan kemungkinan kurang cocok untuk teknik pewarnaan ini.
Meskipun hasil pewarnaan tergolong tipis, percobaan ini memberikan wawasan baru dalam menciptakan pola tekstur yang unik melalui teknik lipatan. Dengan beberapa penyesuaian pada teknik dan bahan, metode ini masih memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.
Percobaan Yang menghasilkan Pola Shibori Lebih banyak
A. Langkah Kerja
Pada percobaan kedua ini, dilakukan uji teknik pewarnaan kain menggunakan metode Shibori—sebuah teknik pewarnaan asal Jepang yang mengandalkan pelipatan dan pengikatan kain agar menghasilkan pola unik. Pewarna yang digunakan adalah wantex dengan dua varian warna: ungu dan biru tua.
1. Persiapan dan Pelipatan Kain
Kain katun sepanjang 1 meter dipersiapkan sebagai media percobaan. Kain kemudian dilipat menggunakan teknik akordion segi empat. Teknik ini membantu menciptakan pola simetris dan geometris setelah proses pencelupan warna. Setelah dilipat, beberapa bagian kain diikat dengan karet gelang untuk menahan warna agar tidak merata ke seluruh permukaan.
2. Pewarnaan Pertama – Warna Ungu
Air sebanyak 150 cc dipanaskan di atas kompor hingga mendidih selama kurang lebih 15 menit. Setelah mendidih, ditambahkan 2 sendok teh garam untuk membantu memperkuat daya serap warna pada kain. Selanjutnya, dimasukkan pewarna wantex warna ungu dan diaduk hingga larut sempurna.
Kain yang telah dilipat dan diikat kemudian dicelupkan pada bagian pinggir sesuai dengan desain warna yang diinginkan. Setelah pencelupan, kain didiamkan selama 10 menit agar warna meresap ke dalam serat kain. Kemudian, kain tidak langsung dibilas atau dikeringkan, tetapi diletakkan di atas jemuran dan dibiarkan semalaman untuk proses fiksasi warna alami.
Hasil Pewarnaan Pertama:
Kain berubah menjadi ungu, namun tidak terlalu pekat. Warna menyerap secara merata pada bagian yang dicelupkan, sementara bagian yang terikat karet menghasilkan pola putih yang menjadi ciri khas teknik shibori.
3. Pewarnaan Kedua – Warna Biru Tua
Setelah pewarnaan pertama selesai, proses yang sama diulang dengan menggunakan pewarna wantex warna biru tua. Kain dilipat ulang, diikat kembali, kemudian dicelupkan pada bagian berbeda untuk menciptakan efek warna bertumpuk.
Pewarnaan dilakukan dengan metode dan proporsi bahan yang sama. Setelah pencelupan, kain kembali didiamkan selama beberapa jam untuk memastikan warna terserap sempurna.
Hasil Pewarnaan Kedua:
Kain menunjukkan perubahan warna dengan dasar merah keunguan dan pola-pola tekstur berwarna biru tua yang tersebar cukup merata. Pola yang dihasilkan lebih bervariasi dibandingkan percobaan pertama.
Kesimpulan Lanjutan
Percobaan kedua dengan teknik shibori memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan percobaan pertama. Warna yang muncul lebih jelas, dan pola yang terbentuk lebih banyak dan bervariasi. Penggunaan dua warna—ungu dan biru tua—berhasil menciptakan gradasi serta tekstur yang menarik, meskipun warna yang dihasilkan masih tergolong tipis dan belum pekat.
Kelebihan dari percobaan ini terletak pada keberhasilan teknik lipat dan ikat dalam menghasilkan motif khas. Namun, dari segi intensitas warna, percobaan ini belum sepenuhnya berhasil karena hasil akhir tidak menunjukkan warna yang kuat. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh:
- Jumlah wantex yang digunakan terlalu sedikit dibandingkan volume air.
- Durasi perendaman yang masih kurang lama untuk menyerap warna secara optimal.
- Kain katun yang mungkin memiliki serat lebih rapat, sehingga warna sulit meresap.
Secara keseluruhan, percobaan kedua menunjukkan potensi lebih besar dalam penciptaan pola tekstur kain, meskipun dari segi kualitas warna masih perlu perbaikan. Dengan pengaturan ulang jumlah pewarna dan waktu perendaman, teknik ini berpeluang besar untuk menghasilkan kain motif unik dengan kualitas pewarnaan yang lebih baik.
Percobaan Yang Mempertegas Pola Shibori
Percobaan ketiga masih menggunakan teknik Shibori, namun dilakukan dengan pendekatan berbeda dari dua percobaan sebelumnya. Fokus utama kali ini adalah menguji efektivitas proses pencelupan berulang dalam air mendidih untuk meningkatkan daya serap warna serta menguji daya tahan warna dasar saat ditumpuk dengan warna kedua.
1. Persiapan dan Pelipatan Kain
Kain katun sepanjang 2 meter digunakan dalam percobaan ini. Kain dilipat dengan pola akordion segi empat yang dirancang untuk membentuk tekstur pola simetris. Setelah dilipat, kain diikat dengan karet gelang pada beberapa titik untuk menciptakan pola-pola putih khas Shibori setelah proses pencelupan.
2. Pewarnaan Pertama – Warna Kuning
Air sebanyak 500 cc dipanaskan hingga mendidih selama kurang lebih 15 menit. Setelah itu, 15 sendok teh garam ditambahkan ke dalam air untuk memperkuat penyerapan warna. Pewarna wantex warna kuning dimasukkan dan diaduk hingga larut merata.
Kain yang telah diikat sepenuhnya dicelupkan ke dalam larutan air panas selama 5 menit. Setelah itu, kain diangkat dan langsung dimasukkan ke dalam air dingin, lalu diperas. Proses pencelupan ini diulang sebanyak empat kali, dengan menambahkan 1 sendok teh garam setiap kali pencelupan.
Setelah pencelupan terakhir, kain didiamkan selama 10 menit sebelum diletakkan di atas jemuran untuk dibiarkan semalaman. Keesokan harinya, kain dijemur di bawah sinar matahari selama 3 jam untuk proses pengeringan alami.
Hasil Pewarnaan Pertama:
Kain berubah warna menjadi kuning dengan penyebaran warna yang cukup merata, namun tetap meninggalkan pola-pola putih pada area yang terikat.
3. Pewarnaan Kedua – Warna Biru Tua
Setelah pewarnaan kuning selesai, proses diulang untuk warna kedua menggunakan wantex biru tua. Pola lipatan dan pengikatan dibuat berbeda untuk menghasilkan pola tumpuk yang lebih dinamis. Seluruh tahapan pewarnaan—termasuk penggunaan air mendidih, penambahan garam, pencelupan ulang, serta perendaman dalam air dingin—dilakukan seperti pada pewarnaan pertama.
Hasil Pewarnaan Kedua:
Warna biru tua terlihat dominan dan menyerap dengan lebih kuat. Pola tekstur biru banyak dan tampak lebih tegas. Namun, warna dasar kuning dari pencelupan pertama justru memudar dan hampir hilang sepenuhnya, menjadikan biru sebagai warna utama kain
Kesimpulan Akhir
Percobaan ketiga ini memperlihatkan hasil yang lebih baik dari dua percobaan sebelumnya dalam hal kejelasan pola dan ketegasan warna tekstur. Warna biru tua tampak jelas, menyerap kuat, dan menciptakan pola Shibori yang lebih nyata dan menarik secara visual.
Namun, tujuan utama untuk mempertahankan warna dasar kuning bersamaan dengan pola biru tidak tercapai. Warna kuning yang sebelumnya merata justru tertutup dan hilang setelah proses pencelupan kedua. Hal ini menunjukkan bahwa teknik pencelupan bertingkat tanpa perlindungan warna dasar masih memiliki kelemahan, terutama saat menggunakan warna kedua yang lebih gelap dan kuat.
Meskipun secara estetika kain yang dihasilkan memiliki banyak pola menarik, percobaan ini tetap dianggap belum sepenuhnya berhasil karena hilangnya warna dasar yang seharusnya menjadi bagian penting dari desain akhir.
Rencana Lanjutan
Penulis berencana melakukan percobaan keempat dengan pendekatan baru, yaitu
Merebus kain terlebih dahulu sebelum proses pewarnaan.
Tujuannya adalah untuk melonggarkan serat kain agar lebih siap menyerap warna dan mempertahankan kombinasi warna lapis tanpa saling menutupi. Nantikan di artikel selanjutnya
Komentar
Posting Komentar